Rabu, 18 Juli 2018

SUKU MANTE DI ACEH


Nama  : DIDI IRAWAN
Nim     : 15111001
Prodi   : Pendidikan Kewarganegaraan
A.         Pengertian Suku Mante
Suku Mantee, (Mante), adalah suatu suku yang diperkirakan hidup di hutan pedalaman provinsi Aceh. Suku Mantee ini adalah suatu suku yang misterius, karena keberadaannya sampai saat ini hanyalah berdasarkan cerita dari penduduk yang mengaku pernah melihatnya di tengah hutan pedalaman.Suku Mante adalah salah satu etnik terawal yang disebut-sebut dalam legenda rakyat Aceh, yang di dalamnya Suku Mante dan Suku Batak disebut sebagai cikal-bakal dari suku tiga ratus yang merupakan salah satu kelompok penduduk asli Aceh.
Suku Mante diperkirakan termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Proto,awalnya menetap di wilayah sekitar Aceh Besar,dan tinggal di pedalaman hutan.Suku-suku asli tersebut diperkirakan beremigrasi ke Aceh melalui Semenanjung Melayu. Suku Mante juga diduga berkerabat dekat dengan suku Batak, suku Gayo, dan Alas. Suku Mante mulanya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar ke tempat-tempat lainnya. Ada pula dugaan secara etnologi tentang hubungan suku Mante dengan bangsa Funisia di Babilonia atau Dravida di lembah sungai Indus dan Gangga, namun hal tersebut sepertinya belum dapat ditetapkan oleh para ahli.
Menurut prakiraan suku mantee ini memiliki jalinan berkaitan dengan suku bangsa Mantera di Malaka yang disebut sisi dari bangsa Monk Khmer dari Hindia
B.     Sejarah Suku Mante
Menurut arkeolog dan sejarawan ini, suku ini mulanya berasal dari belantara hutan Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Kemudian setelah masuknya Islam, ada sebagian suku Mante ini memeluk Islam sekitar abad ke 13. Sebagiannya lagi memilih melarikan dari menolak memeluk agama Islam. Kemudian mereka menyebar ke sejumlah belantara hutan di Aceh. Seperti mengungsi ke Kecamatan Tangse, Geumpang di Kabupaten Pidie. Karena hutan Jantho bersambung langsung ke pegunungan Tangse dan Geumpang. Sehingga suku ini terpecah beberapa kelompok dan terus menyebar mencari belantara hutan yang jauh dari penduduk. Sampai mereka menyebar hingga ke dataran tinggi Gayo, Lukop perbatasan antara Bener Meriah dengan Aceh Tengah. Isu yg beredar , manusia kerdil itu adalah suku mante yg hampir punah dan tinggal di gua-gua dan pinggir sungai di pedalaman Aceh. Nama mante pertama kali diperkenalkan oleh Dr s pucuk hurgronje dalam bukunya, De Atjehers pada tahun 1895. Dia mengartikan mante adalah istilah untuk tingkah kekanak kanakan. Suku mante adalah etnik terawal yang disebut sebut dalam legenda rakyat pernah mendiami Aceh . Suku ini, bersama suku-suku asli lainnya seperti Lanun, Sakai, Jakun,Senoi, dan Semang, merupakan etnik-etnik pembentuk Suku Aceh yang ada sekarang. Diperkirakan suku mante termaksud dalam rumpun bangsa Melayu proto. Suku-suku asli tersebut diperkirakan beremigrasi ke Aceh melalui Semenanjung Melayu.
Description: http://acehdesain.files.wordpress.com/2009/10/n1477646519_30135929_4974764.jpg?w=292&h=300Suku mante memiliki juga ciri ciri Tinggi tidak lebih dari 1 meter , berbeda dengan manusia biasa mencapai 1 meter lebih. Bahkan tinggi suku mante itu rata rata hanya 60 centimeter. Ciri lainnya ,perawakan suku mante ini dekat kemalayuan. Dan kemudian rambut suku mante ini lurus dan bahkan ada yang panjang hingga ke punggung. Mereka ini sangat lincah dan cepat sekali dalam berlari. Walaupun ada di Aceh, suku mante ini tidak bisa berbahasa Aceh, meskipun asal mereka pertama kali dari hutan jantho, kabupaten Aceh besar. Akan tetapi , mereka memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi dengan komunitas suku mereka. Makanan mereka adalah apapun yang di sediakan alam mereka makan. Bila bertemu dengan manusia biasa , mereka akan ketakutan dan langsung melarikan diri.
Dalam legenda Aceh, Suku Mante dan Suku Batakdisebut-sebut sebagai cikal-bakal dari Kawom Lhèë Reutōïh (suku tiga ratus), yang merupakan salah satu kelompok penduduk asli Aceh. Saat ini Suku Mante sudah punah, atau lenyap karena sudah bercampur dengan suku bangsa pendatang-pendatang lainnya yang datang kemudian.
C.    Sumber dari Beberapa Orang
1.      Christiaan Snouck Hurgronje
Ada sebuah sumber yang telah dihimpun oleh kalangan peneliti sejarah dan antropologi pimpinan Christiaan Snouck Hurgronje (seorang berkebangsaan Belanda yang meliput dan meneliti wilayah Aceh secara keseluruhan) yang menyebutkan ciri-ciri suku Mante yang persis seperti yang terekam dalam video viral tersebut. Bahwasanya suku Mante adalah suku yang hidup di Rimba Raya Aceh dan punya ciri-ciri postur tubuh yang agak kecil ketimbang suku Aceh kebanyakan.
2.      Gusnar Effendy(penduduk blangkejeren Aceh Tenggara)
Description: https://cdn.yukepo.com/content-images/listicle-images/2017/03/27/33751.jpgAda juga sebuah sumber yang diambil pada sekitar tahun 80-an. Ketika itu pernah ada seorang pawang hutan bernama Gusnar Effendy yang bersumpah bahwa dirinya telah melihat suku tersebut dengan mata telanjang. Bukan hanya satu dua orang saja, namun juga ketika mereka berkelompok. Tutur pria yang kesehariannya memang kerap menjelajah hutan ini, suku Mante adalah suku yang tinggal berkelompok dan menurut perhitungannya berjumlah sekitar 60 orang. Dan benar, tubuh mereka begitu kecil dan cenderung kerdil. Sayang, begitu melihat keberadaan Gusnar, suku terasing ini langsung berhamburan melarikan diri.
Kelompok ini, iatemukan di belantara pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur. Kadang ia melihat mereka di hutan-hutan Oneng, Pintu Rimba, hingga Rikit Gaib yang berlokasi di Blangkejeren kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Tengah. Dari hasil penemuannya tersebut, ia Men-
yimpulkan bahwa suku ini tinggal di gua-gua yang berada di antara gunung pada malam harinya dan menyusuri sungai di lembah-lembah pada siang harinya. Gua yang dijadikan tempat tinggal kelom¬pok terasing ini dinamakah Gua Beye, Jambur Atang, Jambur Ketibung, Jambur Ratu dan Jambur Simpang.
1.      Khofifah
Suku Mante tidak terasosiasi dengan komunitas masyarakat yang mapan. Hal ini membuat Kementerian Sosial belum bisa melakukan pendataan dan pendampingan sosial. "Mereka tinggal di gua dan punya kebiasaan melangun (berpindah-pindah tempat) dari gua yang satu ke gua lain." 
2.      Helmy Rommy
"Sekitar tahun 86 saya bertemu makhluk seperti itu di kebun di daerah Leupung jalan menuju Meulaboh. Dulu kami kira mereka orang pedalaman Tapi berbulu. Ketika abang saya bertanya. “Siapa key?”. Dia hanya diam. terus kami teriak memanggil bapak. Makhluk itu langsung masuk semak-semak hutan rotan dan ijuk. Tingginya kira-kira 1 meter karena saya masih kelas 4 SD. Tapi baru dalam 4 tahun ini tahu nama mahkluk itu. Manthe atau manti... Semoga Manusia tak mengusiknya jika tidak ingin diusik,”
3.      Gadeng Leupu
lam uteun kamoe wilayah... Geumpang sgli..na syiet nyan menye dinoe nama jih..aneuk coco...” Buchari Riseh Tunong, juga menuturkan soal keberadaan suku ini.  "Di daerah kami juga juga ada satu tempat yang pernah didiami manusia (mante) orang tua-tua di kampung kami menyebut namanya bante, merka kadang muncul di sore hari sambil berlari-lari kecil di tepi sungai Leubok Lhok Panyang Gampong Riseh Tunong.”
4.      Hendri Ariandi
“Di kawasan hutan Leuser di daerah kami di Aceh Selatan juga terdapat cerita yang sama.  Cerita ini pun sudah sangat lama dari orang-orang tua terdahulu.”
5.      Muliadie Pase
“Orang tua desaku pernah cerita tentang kejadian ini. Pada saat itu mereka tanam pohon .. kalau istilahnya jaman HTI . Kejadiannya di hutan abah rimba (kawasan Glee Empe Awe tembus Indrapuri). Pada saat itu mereka lagi tanam pohon, tapi saat itu turun hujan ,jadi mereka berteduh di bawah di dalam akar pohon besar (akar bak guni). Pada saat mereka lagi berteduh, beberapa saat melintas sekelompok orang berjumlah sekitar 5 orang, tapi mereka kecil2. Dan mendengar mereka bicara seperti bahasa alien. Mereka menyebut orang kerdil itu (Aneuk coe). Lagi berbicara lalu orang-orang yang berteduh dibawah pohon itu mengagetkan mereka, jadi mereka lari kocar kacir. Setelah itu tidak nampak lagi. Begitulah ungkap orang tua itu.”
6.      Mawardi Usman
Herdasarkan cerita zaman dulu, suku Mante pernah ditangkap saat masa Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah (1514–1530 Masehi). Dua orang Mante yang ditangkap saat itu, sebutnya, ialah pasangan suami istri. (Saat ditangkap) mereka tidak mau bicara dan makan dan memilih mati kelaparan. Sultan menangisi kematian dua Mante ini dan mengeluarkan peraturan jangan mengganggu mereka jika berjumpa di hutan. Suku Mante, adalah suku berharga diri tinggi. Mereka lebih memilih mati daripada menerima bantuan orang lain. Suku Mante sudah lama hidup di pedalaman Aceh dan menjauhi manusia. Saya kira tidak ada untungnya mengganggu suku mante, selama ini hutan Aceh telah seluruhnya dijamah oleh manusia. Sehingga dirinya pesimis suku kuno yang diperkirakan telah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi ini, masih bertahan di hutan Aceh.
7.      Akun Asfi Amir
“Tidak ada suku mante karena mereka bukan habitat manusia yg mudah dikenal seperti dayak hutan mereka mudah dikenal sedangkan mante itu manusia yg jauh adabtasi dengan manusia disekitar klu menurut saya mereka bukan suku lagi karena mereka sudah memasuki alam rhaib klu pun mereka suku sudah beda dgn suku manusia umum nya,mereka hampir menyamai dgn alam suku jin. Menurut berita yg saya himpun dari orang orang tua yg dapat dipercaya perkataan nya,mereka adalah ras aceh yg berhijrah kehutan karena mereka tidak mau tunduk kpd pemerintah kolonial belanda,mereka berhijrah kehutan yg dipimpin oleh teuku (ampoen) mereka pada saat itu. jangan mengusik mereka.”
8.      Fauzan
Sejak tahun 2000, Fauzan masuk ke Hutan Leuser dan bergerilya. Di dalam hutan dia menemukan pengalaman dengan Suku Mante. "Tukang bikin perangkapnya itu nangis-nangis menyesal karena Suku Mante yang menjadi korban. Dan dia bersumpah tidak menangkap badak lagi," jelasnya. Fauzan bercerita, Suku Mante itu bukan orang purba seperti yang orang-orang bilang. Bentuk mereka kecil dan seperti manusia. Tapi penciuman tajam dan larinya cepat.
"Mereka kalau di hutan jalannya sendiri-sendiri," imbuhnya.
9.      Tgk Rajab
Seorang pencari rotan di pedalaman Aceh Utara dan Aceh Timur memberi kesaksian mengejutkan. Pria ini mengaku pernah bertemu manusia bertubuh kerdil yang diduga sebagai Suku Mante dan Suku Keumeun.Dia adalah Tgk Rajab (57) alias ‘Pawang Uteun’, warga Gampong Tanoh Mirah, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Pada suatu hari, kata Pawang Uteun, saat mencari rotan dan jernang di pedalaman Pante Bidari- Lhoknibong, Aceh Timur, dirinya bersama dua orang teman melihat sekelompok orang yang diduga Suku Keumeun di tepi sungai Arakundo. “Saat itu mereka sedang mencari ikan. Kami sempat mengintip. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak kita mengerti. Seperti suara burung,” kata Tgk Rajab, Sabtu (1/4/2017). Sayangnya, kata Tgk Rajab, ketika keberadaan pihaknya diketahui mereka langsung melarikan diri ke hutan belantara. “Di belantara Aceh bukan hanya Suku Mente, tetapi ada juga Suku Keumeun. Saya ada beberapa kali bertemu dengan Suku Mante dan Suku Koemeun,” kata Tgk Rajab lagi. Menurut Tgk Rajab, Suku Keumeun postur tubuhnya lebih kecil dari Suku Mante. “Menurut cerita, ciri-ciri Suku Keumeun badannya lebih kecil dari Suku Mante. Suku Komeun kerdil berambut panjang, kukunya tajam seperti pisau, mulutnya sumbing, jari-jari kakinya ke belakang beda dengan kaki manusia biasa dan larinya sangat lincah,” katanya.
Nama Mante sendiri ternyata pertama kali dikenalkan oleh arkeolog ini dalam bukunya yang berjudul De Atjehers yang berarti kebodoh-bodohan atau kekanak-kanakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SENGKETA INTERNASIONAL ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN MENGENAI STATUS WILAYAH KASHMIR

SENGKETA INTERNASIONAL ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN MENGENAI STATUS WILAYAH KASHMIR DI S U S U N OLEH: DIDI IRAWAN ...