Nama : DIDI IRAWAN
Nim : 15111001
Prodi : Pendidikan Kewarganegaraan
A.
Pengertian Suku Mante
Suku Mantee, (Mante), adalah suatu suku yang diperkirakan hidup di
hutan pedalaman provinsi Aceh. Suku Mantee ini adalah suatu suku yang
misterius, karena keberadaannya sampai saat ini hanyalah berdasarkan cerita
dari penduduk yang mengaku pernah melihatnya di tengah hutan pedalaman.Suku Mante adalah salah satu etnik terawal yang
disebut-sebut dalam legenda rakyat Aceh, yang di dalamnya Suku Mante dan
Suku Batak disebut sebagai cikal-bakal dari suku tiga ratus yang merupakan
salah satu kelompok penduduk asli Aceh.
Suku Mante diperkirakan termasuk dalam rumpun
bangsa Melayu Proto,awalnya menetap di wilayah sekitar Aceh Besar,dan tinggal
di pedalaman hutan.Suku-suku asli tersebut diperkirakan beremigrasi ke Aceh
melalui Semenanjung Melayu. Suku
Mante juga diduga berkerabat
dekat dengan suku Batak, suku Gayo, dan Alas. Suku Mante mulanya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar ke
tempat-tempat lainnya. Ada pula dugaan secara etnologi tentang hubungan suku
Mante dengan bangsa Funisia di Babilonia atau Dravida di lembah sungai Indus
dan Gangga, namun hal tersebut sepertinya belum dapat ditetapkan oleh para ahli.
Menurut prakiraan suku mantee ini
memiliki jalinan berkaitan dengan suku bangsa Mantera di Malaka yang
disebut sisi dari bangsa Monk Khmer dari Hindia .
B.
Sejarah Suku Mante
Menurut arkeolog dan
sejarawan ini, suku ini mulanya berasal dari belantara hutan Jantho, Kabupaten
Aceh Besar. Kemudian setelah masuknya Islam, ada sebagian suku Mante ini
memeluk Islam sekitar abad ke 13. Sebagiannya lagi memilih melarikan dari
menolak memeluk agama Islam. Kemudian
mereka menyebar ke sejumlah belantara hutan di Aceh. Seperti mengungsi ke
Kecamatan Tangse, Geumpang
di Kabupaten Pidie. Karena hutan Jantho bersambung langsung ke pegunungan
Tangse dan Geumpang. Sehingga
suku ini terpecah beberapa kelompok dan terus menyebar mencari belantara hutan
yang jauh dari penduduk. Sampai mereka menyebar hingga ke dataran tinggi Gayo,
Lukop perbatasan antara Bener Meriah dengan Aceh Tengah. Isu yg beredar , manusia kerdil itu adalah
suku mante yg hampir punah dan tinggal di gua-gua dan pinggir sungai di pedalaman Aceh. Nama mante pertama kali diperkenalkan oleh Dr
s pucuk hurgronje dalam bukunya, De
Atjehers pada tahun 1895. Dia mengartikan mante adalah istilah untuk
tingkah kekanak kanakan. Suku
mante adalah etnik terawal yang disebut sebut dalam legenda rakyat pernah
mendiami Aceh . Suku ini, bersama suku-suku asli lainnya
seperti Lanun, Sakai, Jakun,Senoi, dan Semang, merupakan
etnik-etnik pembentuk Suku Aceh yang ada sekarang. Diperkirakan suku
mante termaksud dalam rumpun
bangsa Melayu proto. Suku-suku
asli tersebut diperkirakan beremigrasi ke Aceh melalui Semenanjung Melayu.

Dalam legenda Aceh, Suku
Mante dan Suku Batakdisebut-sebut sebagai cikal-bakal dari Kawom Lhèë Reutōïh (suku tiga ratus),
yang merupakan salah satu kelompok penduduk asli
Aceh. Saat ini Suku Mante sudah punah, atau lenyap karena sudah bercampur
dengan suku bangsa pendatang-pendatang lainnya yang datang kemudian.
C.
Sumber dari Beberapa Orang
1.
Christiaan Snouck Hurgronje
Ada sebuah sumber yang telah dihimpun oleh
kalangan peneliti sejarah dan antropologi pimpinan Christiaan Snouck Hurgronje (seorang
berkebangsaan Belanda yang meliput dan meneliti wilayah Aceh secara
keseluruhan) yang menyebutkan ciri-ciri suku Mante yang persis seperti yang
terekam dalam video viral tersebut. Bahwasanya suku Mante adalah suku yang
hidup di Rimba Raya Aceh dan punya ciri-ciri postur tubuh yang agak kecil
ketimbang suku Aceh kebanyakan.
2.
Gusnar Effendy(penduduk blangkejeren Aceh Tenggara)

Kelompok ini, iatemukan di belantara pedalaman Lokop,
Kabupaten Aceh Timur. Kadang ia melihat mereka di hutan-hutan Oneng, Pintu
Rimba, hingga Rikit Gaib yang berlokasi di Blangkejeren kabupaten Aceh Tenggara
dan Aceh Tengah. Dari hasil penemuannya tersebut, ia Men-
yimpulkan
bahwa suku ini tinggal di gua-gua yang berada di antara gunung pada malam
harinya dan menyusuri sungai di lembah-lembah pada siang harinya. Gua yang dijadikan
tempat tinggal kelom¬pok terasing ini dinamakah Gua Beye, Jambur Atang, Jambur
Ketibung, Jambur Ratu dan Jambur Simpang.
1.
Khofifah
Suku Mante tidak terasosiasi dengan komunitas
masyarakat yang mapan. Hal ini membuat Kementerian Sosial belum bisa melakukan
pendataan dan pendampingan sosial. "Mereka tinggal di gua dan punya
kebiasaan melangun (berpindah-pindah tempat) dari gua yang satu
ke gua lain."
2.
Helmy
Rommy
"Sekitar tahun 86 saya bertemu makhluk seperti itu di
kebun di daerah Leupung jalan menuju Meulaboh. Dulu kami kira mereka orang
pedalaman Tapi berbulu. Ketika abang saya bertanya. “Siapa key?”. Dia hanya
diam. terus kami teriak memanggil bapak. Makhluk itu langsung masuk semak-semak
hutan rotan dan ijuk. Tingginya kira-kira 1 meter karena saya masih kelas 4 SD.
Tapi baru dalam 4 tahun ini tahu nama mahkluk itu. Manthe atau manti... Semoga
Manusia tak mengusiknya jika tidak ingin diusik,”
3.
Gadeng Leupu
“lam uteun kamoe
wilayah... Geumpang sgli..na syiet nyan menye dinoe nama jih..aneuk coco...” Buchari Riseh Tunong,
juga menuturkan soal keberadaan suku ini. "Di daerah kami juga juga
ada satu tempat yang pernah didiami manusia (mante) orang tua-tua di kampung
kami menyebut namanya bante, merka kadang muncul di sore hari sambil
berlari-lari kecil di tepi sungai Leubok Lhok Panyang Gampong Riseh Tunong.”
4.
Hendri Ariandi
“Di
kawasan hutan Leuser di daerah kami di Aceh Selatan juga terdapat cerita yang
sama. Cerita ini pun sudah sangat lama dari orang-orang tua terdahulu.”
5.
Muliadie Pase
“Orang
tua desaku pernah cerita tentang kejadian ini. Pada saat itu mereka tanam pohon
.. kalau istilahnya jaman HTI . Kejadiannya di hutan abah rimba (kawasan Glee
Empe Awe tembus Indrapuri). Pada saat itu mereka lagi tanam pohon, tapi saat
itu turun hujan ,jadi mereka berteduh di bawah di dalam akar pohon besar (akar
bak guni). Pada saat mereka lagi berteduh, beberapa saat melintas sekelompok
orang berjumlah sekitar 5 orang, tapi mereka kecil2. Dan mendengar mereka
bicara seperti bahasa alien. Mereka menyebut orang kerdil itu (Aneuk coe). Lagi
berbicara lalu orang-orang yang berteduh dibawah pohon itu mengagetkan mereka,
jadi mereka lari kocar kacir. Setelah itu tidak nampak lagi. Begitulah ungkap
orang tua itu.”
6.
Mawardi
Usman
Herdasarkan cerita zaman dulu, suku Mante
pernah ditangkap saat masa Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah (1514–1530 Masehi).
Dua orang Mante yang ditangkap saat itu, sebutnya, ialah pasangan suami istri. (Saat ditangkap) mereka tidak mau bicara dan
makan dan memilih mati kelaparan. Sultan menangisi kematian dua Mante ini dan
mengeluarkan peraturan jangan mengganggu mereka jika berjumpa di hutan. Suku Mante, adalah suku berharga diri
tinggi. Mereka lebih memilih mati daripada menerima bantuan orang lain. Suku
Mante sudah lama hidup di pedalaman Aceh dan menjauhi manusia. Saya kira tidak
ada untungnya mengganggu suku mante, selama ini hutan Aceh telah seluruhnya
dijamah oleh manusia. Sehingga dirinya pesimis suku kuno yang diperkirakan
telah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi ini, masih bertahan di hutan Aceh.
7. Akun Asfi Amir
“Tidak ada suku
mante karena mereka bukan habitat manusia yg mudah dikenal seperti dayak hutan
mereka mudah dikenal sedangkan mante itu manusia yg jauh adabtasi dengan manusia disekitar klu menurut saya mereka bukan suku lagi karena
mereka sudah memasuki alam rhaib klu pun mereka suku sudah beda dgn suku
manusia umum nya,mereka hampir menyamai dgn alam suku jin. Menurut berita yg
saya himpun dari orang orang tua yg dapat dipercaya
perkataan nya,mereka adalah ras aceh yg berhijrah kehutan karena mereka tidak
mau tunduk kpd pemerintah kolonial belanda,mereka berhijrah kehutan yg dipimpin
oleh teuku (ampoen) mereka pada saat itu. jangan mengusik mereka.”
8.
Fauzan
Sejak tahun 2000, Fauzan masuk ke Hutan Leuser dan
bergerilya. Di dalam hutan dia menemukan pengalaman dengan Suku Mante. "Tukang bikin perangkapnya itu
nangis-nangis menyesal karena Suku Mante yang menjadi korban. Dan dia bersumpah
tidak menangkap badak lagi," jelasnya. Fauzan bercerita, Suku Mante itu bukan orang purba seperti
yang orang-orang bilang. Bentuk mereka kecil dan seperti manusia. Tapi
penciuman tajam dan larinya cepat.
"Mereka kalau di hutan jalannya sendiri-sendiri," imbuhnya.
"Mereka kalau di hutan jalannya sendiri-sendiri," imbuhnya.
9.
Tgk Rajab
Seorang
pencari rotan di pedalaman Aceh Utara dan Aceh Timur memberi kesaksian
mengejutkan. Pria ini mengaku pernah bertemu manusia bertubuh kerdil yang
diduga sebagai Suku Mante dan Suku Keumeun.Dia adalah Tgk Rajab (57) alias
‘Pawang Uteun’, warga Gampong Tanoh Mirah, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Pada
suatu hari, kata Pawang Uteun, saat mencari rotan dan jernang di pedalaman
Pante Bidari- Lhoknibong, Aceh Timur, dirinya bersama dua orang teman melihat
sekelompok orang yang diduga Suku Keumeun di tepi sungai Arakundo. “Saat itu mereka sedang mencari
ikan. Kami sempat mengintip. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak kita
mengerti. Seperti suara burung,” kata Tgk Rajab, Sabtu (1/4/2017). Sayangnya,
kata Tgk Rajab, ketika keberadaan pihaknya diketahui mereka langsung melarikan
diri ke hutan belantara. “Di belantara Aceh bukan hanya Suku
Mente, tetapi ada juga Suku Keumeun. Saya ada beberapa kali bertemu dengan Suku
Mante dan Suku Koemeun,” kata Tgk Rajab lagi. Menurut Tgk Rajab, Suku Keumeun
postur tubuhnya lebih kecil dari Suku Mante. “Menurut cerita, ciri-ciri Suku Keumeun badannya lebih kecil
dari Suku Mante. Suku Komeun kerdil berambut panjang, kukunya tajam seperti
pisau, mulutnya sumbing, jari-jari kakinya ke belakang beda dengan kaki manusia
biasa dan larinya sangat lincah,” katanya.
Nama Mante sendiri ternyata pertama kali
dikenalkan oleh arkeolog ini dalam bukunya yang berjudul De Atjehers
yang berarti kebodoh-bodohan atau kekanak-kanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar