KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan
petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan berupa makalah yang berjudul “Pergerakan
nasional pada masa pendudukan Jepang” Sumber dari makalah ini berupa
buku-buku sejarah yang ditambah dengan informasi yang didapat dari hasil
browsing di internet referensi buku dan sumber, sumber lainnya.Diantara
sumber-sumber tersebut kami susun, semua
informasi dan fakta yang sesuai dengan makalah ini, sehingga menurut kami
data-data di dalam makalah ini sudah
cukup akurat.
Dalam penulisan makalah
ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui namun saya berhasil
menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Akhir kata jika ada
sesuatu pada khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati pembaca mohon
dimaklumi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Banda
Aceh, tgl 18 Desember 2017
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR
ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.
PENGANALISIS PEMERINTAHAN SAUDARA TUA .................................................. 1
A. Latar
Belakang Pendudukan Jepang Di Indonesia(1942-1945) ...................................... 1
B. Kedatangan
Jepang di Indonesia ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.
MENGANALISIS ORGANISASI PERGERAKAN MASA
PENDUDUKAN JEPANG 3
A. Organisasi
Yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan ........................................................... 3
B. Organisasi
Semimiliter ...................................................................................................... 6
C. Organisasi
Militer ............................................................................................................. 7
3.
PENGERUH JEPANG DI BIDANG PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN ................ 9
A. Pengaruh
Jepang Dalam Bidang Pendidikan ................................................................... 9
B. Pengeruh
Jepang Terhadap Budaya Indonesia ............................................................... 11
4.
KERJA PAKSA ROMUSHA MASA PENDUDUKAN
JEPANG ................................... 13
5.
JUGUN IAN FU .................................................................................................................. 14
6.
PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP
JEPANG(PERLAWANAN ACEH, PERLAWANAN SINGAPARNA, PERLAWANAN INDRAMAYU, PERLAWANAN
KALIMANTAN, PERLAWANAN IRIAN, PERLAWANAN PETA DI BLITAR) ..................................... 14
7.
DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI BIDANG
POLITIK, SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, PENDIDIKAN, DAN BIROKRASI MILITER ................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
1. MENGANALISIS
PEMERINTAHAN SAUDARA TUA
A.
Latar
Belakang Pendudukan Jepang Di Indonesia (1942-1945)
Bulan
Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana
Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Tambelang
tidak menghendaki melawan beberapa kecamatan sekaligus, namun sejak pertengahan
tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus
dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia
Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat
mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral
Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang
yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua
operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk
(pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal
penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal
selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2
kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7
Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika
Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua, sisa
kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam
Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang
akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11
Divisi Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur.
Seluruh operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo
memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari
minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari
pembom pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua
gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang
besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pengeboman Jepang tesebut
juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika
tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika
selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember
1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Perang Pasifik
ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur,
termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah
untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung
potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat
penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai
sumber minyak utama.
B. Kedatang Jepang Di Indonesia
Pada tanggal 8
Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal
Belanda), Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta
pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak
Jepang hadir Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah
tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda
di Indonesia berakhir. Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan
kesejahteraan yang didapat bangsa Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah.
Hanya kini yang menjajah Indonesia adalah Jepang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.
MENGANALISIS
ORGANISASI PERGERAKAN MASA PENDUDUKAN JEPANG
A.
Organisasi
Yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan
a.
Gerakan
Tiga A
Untuk mendapatkan dukungan rakyat
Indonesia, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A
(3A). Perkumpulan ini dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan
namanya, perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia,
Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Sebagai pimpinan Gerakan Tiga
A, bagian propaganda Jepang (Sedenbu) telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa Barat
yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh lain seperti
K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.
Jepang berusaha agar perkumpulan ini
menjadi wadah propaganda yang efektif.
Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai
diperkenalkan kepada masyarakat melalui
media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam yang disebut “Persiapan Persatuan Umat
Islam”. Subseksi Islam dipimpin oleh Abikusno
Cokrosuyoso.
Ternyata sekalipun dengan berbagai
upaya, Gerakan Tiga A ini kurang mendapat
simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa bulan saja. Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif. Bulan
Desember 1942 Gerakan Tiga A
dinyatakan gagal. Mengapa “Gerakan Tiga A” ini dinyatakan gagal oleh Jepang, kira-kira apa alasannya?
b.
Pusat
Tenaga Rakyat
“Gerakan
Tiga A” telah gagal. Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh pergerakan nasional untuk melakukan
kerjasama. Jepang kemudian
mendirikan organisasi pemuda, Pemuda Asia Raya di bawah pimpinan Sukardjo Wiryopranoto. Organisasi itu juga tidak mendapat sambutan rakyat. Jepang kemudian
membubarkan organisasi itu.
Dukungan
rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya. Hal ini sangat mungkin juga karena
sikap dan tindakan Jepang yang berubah. Seperti
telah disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera
Hinomaru serta mengganti Lagu
Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan mengganti kata-kata banzai (selamat datang) dengan
bakero (bodoh). Masyarakat mulai
tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua”
tidak seperti yang mereka janjikan.
Sementara
perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai tidak menggembirakan. Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran
telah menimbulkan rasa tidak percaya
dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus
segera memulihkan keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka,
antara lain Sukarno dan Moh. Hatta. Karena
Sukarno masih ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera dibebaskan oleh Jepang.
Tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada
di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta.
c.
MIAI
dan Masyumi
Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda
yang cenderung anti terhadap umat
Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat memerlukan kekuatan umat
Islam untuk membantu melawan Sekutu.
Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh yang dibekukan oleh pemerintah
kolonial Belanda, mulai dihidupkan kembali
oleh pemerintah pendudukan Jepang.Tepat pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan
demikian diharapkan MIAI segera dapat
digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan perang.
Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka
MIAI menjadi organisasi pergerakan
yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog,
dan bermusyawarah untuk membahas
berbagai hal yang menyangkut kehidupan umat,
dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa menjadi organisasi pergerakan yang
cukup diperhitungkan dalam perjuangan membangun
kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal adalah “berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan
janganlah berpecah belah”.Dengan
demikian pada masa pendudukan Jepang, MIAI
berkembang baik.Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke Jakarta.
Adapun
tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah:
a . Menempatkan
umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia.
b . Mengharmoniskan
Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
c. Ikut
membantu Jepang dalam Perang AsiaTimur Raya
Untuk merealisasikan tujuan dan
melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang lebih menitikberatkan pada
program-program yang bersifat sosio-religius.Secara khusus program-program itu
akan diwujudkan melalui rencana: (1) pembangunan masjid Agung di Jakarta, (2)
mendirikan universitas, dan (3) membentuk baitulmal. Dari ketiga program ini
yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya program yang ketiga.
d.
Jawa
Hokokai
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur
Raya mulai berbalik, tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di
berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan
Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal
Kumaikici Harada membentuk organisasi baru
yang diberinama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk menghadapi situasi perang tersebut,
epang membutuhkan persatuan dan semangat
segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya terhadap pemerintah
demi kemenangan perang. Kebaktian
yang dimaksud memuat tiga hal: (1) mengorbankan diri, (2) mempertebal persaudaraan, dan (3) melaksanakan suatu tindakan
dengan bukti.
Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa
Hokokai berbeda dengan Putera. Jawa
Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan
daerahnya langsung dipegang oleh
orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di
tingkat daerah (syu/shu) dipimpin
oleh Syucokan/Shucokandan seterusnya sampai daerah ku oleh Kuco, bahkan sampai gumi di bawah pimpinan
Gumico. Dengan demikian,Jawa Hokokai
memiliki alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh,bahkan sampai tingkat rukun tetangga (Gumi atau
Tonari Gumi). Tonari Gumi dibentuk untuk
mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 10 - 20 keluarga.
Para kepala desa dan kepala dukuh atau ketua RT bertanggung jawab atas kelompok masing-masing. Adapun program-program kegiatan
Jawa Hokokai antara lain sebagai
berikut:
a. Melaksanakan
segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerin-tah Jepang.
b. Memimpin
rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan.
c. Memperkokoh
pembelaan tanah air.
B.
Organisasi
Semimiliter
a.
Seinendan
(Barisan pemuda)
Seinendan merupakan organisasi pemuda
yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar
Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat semimiliter.
Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan. Tujuan
pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar
dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun,
sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk
mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan
perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan beranggotakan
pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25 tahun. Namun, usia anggotanya
kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya anggota Seinendan sebanyak
3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah tersebut berkembang menjadi
500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
b.
Keibodan
(Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang
dibentuk bersamaan dengan pembentukan Seinendan. Berbeda dengan Seinendan,
dalam pembentukan Keibodan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang
berusaha agar tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. Bahkan kaum
nasionalis pada tingkat bawah pun tidak mempunyai hubungan dengan Keibodan,
karena badan ini langsung ditempatkan di bawah pengawasan polisi. Selain Jawa,
kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah yang berada di
bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan nama
Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan Hokokudan.
Selain golongan pemuda, juga dilakukan pengorganisasian kaum wanita. Pada bulan
Agustus 1943 dibentuk Fujinkai (himpunan wanita). Usia minimum dari anggota
Fujinkai adalah 15 tahun. Wanita-wanita tersebut juga diberikan latihan-latihan
militer.
c.
Syuisyintai
(Barisan Pelopor)
Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1
November 1944. Organisasi semimiliter ini dibentuk sebagai hasil keputusan
sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat. Barisan Pelopor
dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P. Suroso, Otto
Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh nasionalis yang duduk dalam
Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk
menanamkan semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para pemuda
dikerahkan untuk mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya,
para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata untuk membangkitkan semangat
cinta tanah air di kalangan para pemuda.
d.
Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri
pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang
dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai. Hizbullah mempunyai
tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
·
Sebagai tentara cadangan dengan tugas
dan program, antara lain : melatih diri, jasmani maupun rohani dengan
segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon; menjaga bahaya udara dan
mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk
kepentingan perang.
·
Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan
program, antara lain : menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam agar taat
menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat Islam Indonesia.
C.
Organisasi
Militer
1)
Heiho
Heiho
(Pasukan Pembantu Prajurit Jepang) adalah organisasi yang beranggotakan
prajurit Indonesia untuk melaksanakan pertahanan militer, baik di Angkatan
Darat maupun di Angkatan Laut. Heiho dibentuk berdasarkan instruksi bagian
Angkatan Darat Markas Besar Umum Kerajaan jepang pada tanggal 2 September 1942
yang kemudian pada bulan April 1945 menjadi cikal bakal organisasi ini. Tujuan
didirikannya Heiho yakni sebagai pembantu kesatuan angkatan perang dan
dimasukkan sebagai bagian dari tentara Jepang. Adapun kegiatannya yaitu :
·
Membangun pertahanan.
·
Menjaga kamp pertahanan.
·
Membantu tentara Jepang dalam
peperangan.
Organisasi ini memang dikhususkan untuk
bidang kemiliteran sehingga jauh lebih terlatih dibanding organisasi-organisasi
lainnya. Heiho sendiri juga dibagi menjadi beberapa bagian, baik di angkatan
darat, angkatan laut maupun bagian kepolisian. Heiho juga memanfaatkan
pasukannya sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam peperangan, contohnya
memelihara berbagai senjata perang dan memindahkan senjata dan peluru dari
gudang ke atas truk.
Untuk menjadi anggota Heiho tidaklah
mudah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut antara
lain yaitu :
·
Berusia antara 18 sampai 25 tahun.
·
Berbadan sehat baik jasmani maupun
rohani.
·
Berkelakuan dan berkepribadian baik.
·
Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Jumlah anggota Heiho mencapai sekitar
42.000 orang (sejak berdiri hingga akhir masa pendudukan Jepang). Dari total
tersebut, 25.000 orang diantaranya adalah penduduk dari Jawa. Namun begitu,
tidak ada seorang pun yang berpangkat pejabat (perwira), karena pangkat pejabat
hanya untuk orang-orang Jepang saja.
2)
PETA
PETA
(Pembela Tanah Air) adalah organisasi militer yang dibentuk Jepang dengan
tujuan menambah kesatuan tentara guna memperkuat organisasi sebelumnya, yaitu
Heiho. Walaupun Jepang semakin terdesak karena perang melawan Sekutu, Jepang
tetap berusaha mempertahankan Indonesia dari serangan sekutu. Karena Heiho
dipandang belum memadai, maka dibentuklah suatu organisasi militer yang dinamai
PETA (Pembela Tanah Air).
PETA
didirikan secara resmi pada tanggal 3 Oktober 1943 atas usulan dari Gatot
Mangkupraja kepada Letnan Jenderal Kumakici Harada (Panglima Tentara Jepang
ke-16). Pembentukan PETA ini didasarkan pada peraturan pemerintah Jepang yang
disebut dengan Osamu Seinendan nomor 44. Banyak pemuda-pemuda yang tergabung
dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota PETA. Anggota PETA yang
bergabung berasal dari berbagai elemen masyarakat. Karena kedudukannya yang
bebas (fleksibel) dalam struktur organisasi Jepang, PETA diperbolehkan untuk
melakukan perpangkatan sehingga ada orang Indonesia yang menjadi seorang
perwira. Hal ini menyebabkan masyarakat tertarik pada organisasi ini dan
kemudian bergabung menjadi anggota PETA. Hingga akhir masa pendudukan Jepang di
Indonesia, jumlah anggota PETA berkisar 37.000 orang di Jawa dan 20.000 orang
di Sumatera. Di Sumatera, organisasi ini lebih dikenal dengan Giyugun (prajurit
sukarela).
Orang-orang PETA
ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas dari Indonesia, terutama di
bidang kemiliteran. Pada masa-masa selanjutnya, para pemimpin tersebut mampu
membawa perubahan terhadap kondisi tanah air Indonesia. Adapun tokoh-tokoh PETA
yang terkenal dan membawa pengaruh besar diantaranya yaitu, Jenderal Sudirman,
Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi dan Jenderal Ahmad Yani.
Perbedaan
Antara Heiho dengan PETA
no
|
HEIHO
|
PETA
|
1
|
Organisasi Heiho secara resmi
ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, baik Angkatan Darat
maupun Angkatan Laut.
|
Organisasi PETA tidak secara resmi
ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, namun langsung di bawah
pemerintahan Jepang.
|
2
|
Heiho bertugas untuk mengumpulkan
pajak dari rakyat
|
-
|
3
|
Didirikannya Heiho bertujuan untuk
membantu tentara Jepang berperang melawan Sekutu.
|
Organisasi PETA bertujuan untuk
membantu tentara Jepang berperang melawan Sekutu (samadengan Heiho).
|
4
|
Tidak ada orang Indonesia yang
berpangkat perwira dalam Heiho, karena pangkat perwira hanya untuk orang
Jepang (tidak diperbolehkan jadi perwira).
|
Organisasi PETA bertugas sebagai
mata-mata Jepang, baik itu dalam membela atau mempertahankan tanah air
Indonesia dari serangan Sekutu.
|
3.
PENGARUH
JEPANG DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
A.
Pengaruh
Jepang Dalam Bidang Pendidikan
Masa pendudukan
Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan
Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan Jepang adalah masa paling
kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa
kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, salah
satunya adalah dalam bidang pendidikan.
The Amsterdam
Gate, Batavia (Jakarta), Indonesia (Photo credit: Wikipedia)
Kebijakan yang
diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan
diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Pada
masa Belanda, Anda tentu masih ingat, yang dapat merasakan pendidikan formal
untuk rakyat pribumi hanya kalangan menengah ke atas, sementara rakyat kecil
(wong cilik) tidak memiliki kesempatan. Sebagai gambaran diskriminasi yang
dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat:
·
Kulit putih (Eropa)
·
Timur Aing (Cina, India dll)
·
Pribumi
Pola
seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan
manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga menerapkan
jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun
dan SMA 3 tahun. Sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai
saat ini sebagai satu bentuk warisan Jepang. Maksud diberikannya Pendidikan
kepada Rakyat Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang. Jepang memberikan
pendidikan pada rakyat Indonesia dengan maksud atau tujuan untuk mendukung
kepentingan perangnya. Jepang memiliki keinginan untuk memanfaatkan segala
sumber daya yang ada di Indonesia pada saat pendudukannya, yaitu dari sumber daya
ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya.
Jepang menganggap pendidikan penting untuk rakyat Indonesia guna mendukung
maksud dan tujuannya tesebut.
Model Pendidikan Masa Pendudukan
Jepang
Seperti
pendidikan pada masa Belanda yang memiliki model pengajaran mempengaruhi atau
doktrinasi barat, pendidikan Jepang juga memiliki model pengajaran dengan
doktrinasi Asia Raya di bawah pimpinan Jepang. Model pengajaran dengan bahasa
pengantar yaitu bahasa Jepang yang di terapkan pada pendidikan di Indonesia
pada masa pendudukan Jepang. Mata pelajaran yang diberikan juga mengacu pada
kebudayaan Jepang. Selain model pendidikan formal diadakan juga kursus-kursus,
pendirian badan olah raga ada pula pendidikan keprajuritan.
Penerapan
pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang mengharuskan
penguasaan dalam bahasa Jepang, karena bahasa pengantar dalam pengajaran adalah
bahasa Jepang. Hal ini secara tidak langsung memperkenalkan budaya Jepang pada
rakyat Indonesia. Akan tetapi memang inilah yang diharapkan Jepang pada
pendidikan yang diberikan pada rakyat Indonesia.
Dalam
pendidikan ini memang sengaja di masukkan kebudayaan Jepang. Contoh-contoh
kebudayaan yang diberikan yaitu adat istiadat Jepang, semangat Jepang,
lagu-lagu Jepang dan olahraga. Dengan pemberian kebudayaan Jepang diharapkan
dapat menghilangkan pengaruh pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada.
Satu
hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan
militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang.
Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu
menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan
untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah
menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa
Jepang yang diadakan.
Dengan melihat kondisi
tersebut, ada dua sisi, yaitu kelebihan dan kekurangan dari sistem pendidikan
yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas. Sementara
pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan
kualitas secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.
B.
Pengaruh
Jepang Terhadap Budaya Indonesia
Demi alasan
politik anti Barat-nya, Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidosho (Pusat
Kebudayaan) tanggal 1 April 1943 di Jakarta. Fungsi lembaga ini mewadahi
aktivitas budayawan Indonesia agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang. Tanggal
29 Agustus 1942, lembaga ini mengadakan pameran karya pelukis lokal Indonesia
seperti Basuki Abdoellah, Agus Djajasoeminta, Otto Djaja Soetara, Kartono
Joedokoesoemo, dan Emiria Soenassa. Selain itu, ia juga memfasilitasi R.
Koesbini dan Cornel Simanjuntak membentuk grup seni suara yang melahirkan lagu-lagu
nasional Indonesia. Lahirlah lagu-lagu nasional Kalau Padi Menguning Lagi,
Majulah Putra-Putri Indonesia, Tanah Tumpah Darahku. Keimin Bunka Shidosho juga
memungkinkan Nur Sutan Iskandar melahirkan karyanya Tjinta Tanah Sutji, Karim
Halim melahirkan Palawidja, atau Usmar Ismail dengan Angin Fudji. Seni drama
karya budayawan Indonesia juga lahir seperti Api dan Tjitra (temanya pengabdian
tanah air) karya Usmar Ismail, Taufan di atas Asia atau Intelek Istimewa karya
Abu Hanifah.
1. Basuki
Abdoellah
2. Agus
Djajasoeminta
3. Otto
Djaja Soetara
4. Kartono
Joedokoesoemo
5. Emiria
Soenassa
Agustus
1943 Jepang membentuk Persatuan Aktris Film Indonesia (Persafi). Persafi
mendorong artis-artis profesional dan amatir Indonesia bereksperimen dengan
mementaskan lakon-lakon terjemahan bahasa asing ke bahasa Indonesia. Sandiwara,
sebagai salah satu bentuk seni peran, juga berkembang di bawah pendudukan
Jepang karena sebelum Perang Pasifik, pertunjukan sandiwara hampir tidak
dikenal di Indonesia.
Dalam
hal kebudayaan/kepercayaan, ada pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang
agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno (
Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami).
Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap
Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti
dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang ( kimigayo) . Tidak semua rakyat
Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama.
Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang
dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa
Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Sejak pendudukan
Jepang, tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian
di dalam masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi kebaktian, kerja
keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya
melalui semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari
analisa aspek militer). Secara garis
besar, dampak/pengaruh Jepang terhadap Budaya Indonesia pada masa penjajahan
adalah sebagai berikut: Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari
terbit (diibaratkan sebagai tempat Kaisar Jepang berada) sebagai keturunan Dewa
Matahari. Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama
sebagai alat propaganda mereka. Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan
akibat didikkan Jepang yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi
akan harga dirinya. Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang
baik untuk kesehatan mereka. Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para
pegawai wajib untuk menghormati bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu
kebangsaan nasional (merupkan warisan budaya bangsa Jepang). Kewajiban
menggunakan waktu Tokyo dan tahun Jepang.
4.
KERJA
PAKSA ROMUSHA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Untuk
mendukung dan menjalankan Imperialisme Jepang, yaitu Kesemakmuran Asia Timur
Raya. Maka Jepang butuh dana besar untuk membiayai perang, baik itu Perang
Dunia II maupun perang memperjuangkan Imperialisme-nya.
Tidak
lain, dan tidak bukan adalah Kesemakmuran Asia Timur Raya. Jepang juga
membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain
kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara. Oleh
karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu
disebut romusha.
Jika
dirincikan maka pengertian romusha terbagi menjadi dua, yaitu:
-
Pengertian Romusha secara Bahasa,
Romusha berarti Buruh, Pekerja.
-
Pengertian Romusha secara Istilah,
Romusha berarti panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara
paksa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia mulai tahun 1942 sampai 1945.
Pada
mulanya, pelaksanaan romusha didukung rakyat. Rakyat Indonesia masih termakan
propaganda Jepang untuk membangun keluarga besar Asia. Tenaga-tenaga romusha
ini kebanyakan diambil dari desa-desa, umumnya orang-orang yang tidak
bersekolah atau paling tinggi tamat Sekolah Dasar. Semula program romusha
bersifat sukarela dan sementara.
Akan
tetapi, setelah kebutuhan mendesak, pengerahan tenaga kerja berubah menjadi
paksaan. Ribuan tenaga kerja romusha dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar
negeri, seperti Burma, Malaysia, Thailand, dan Indo-Cina. Dalam leteratur lain
menyebutkan jumlah Romusha di Indonesia mencapai 4 sampai 10 juta. Tenaga kerja
romusha ini diperlakukan dengan sangat buruk, sehingga banyak di antara mereka
yang meninggal dunia. Pengerahan tenaga kerja tersebut telah membawa akibat
dalam struktur sosial di Indonesia.
Banyak pemuda tani yang menghilang dari
desanya karena mereka takut dikirim sebagai romusha. Para romusha yang selamat
kemudian kembali ke desa mereka. Mereka ini memiliki banyak pengalaman di
berbagai bidang. Mereka datang membawa gagasan-gagasan baru sehingga desanya
terbuka untuk perubahan.
5.
JUGUN
IAN FU
Jugun
ianfu (従軍慰安婦) adalah istilah
yang digunakan untuk merujuk kepada wanita yang menjadi korban dalam perbudakan
seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang. Jugun ianfu
merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual tentara
Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya
pada kurun waktu tahun 1942-1945. Menurut riset oleh Dr. Hirofumi Hayashi,
seorang profesor di Universitas Kanto Gakuin, ia termasuk orang Jepang, Korea,
Tiongkok, Malaya (Malaysia dan Singapura), Thailand, Filipina, Indonesia,
Myanmar, Vietnam, Indo, orang Eropa di beberapa daerah kolonial (Inggris,
Belanda, Perancis, Portugis), dan penduduk kepulauan Pasifik. Jumlah perkiraan
dari jugun ianfu ini pada saat perang, berkisar antara 20.000 dan 30.000.
Pengakuan
dari beberapa jugun ianfu yang masih hidup jumlah ini sepertinya berada di
batas atas dari angka di atas. Kebanyakan rumah bordilnya berada di pangkalan
militer Jepang, namun dijalankan oleh penduduk setempat, bukan militer Jepang.
Menurut riset Dr. Ikuhika Hata, seorang profesor di Universitas Nihon. Orang
Jepang yang menjadi jugun ianfu ini sekitar 40%, Korea 20%, Tionghoa 10%. Dan
30% sisanya dari kelompok lain.
Para
perempuan Indonesia biasanya direkrut menjadi jugun ianfu berdasarkan paksaan
(diambil begitu saja di jalan atau bahkan di rumah mereka), diiming-imingi
untuk sekolah ke luar negeri, atau akan dijadikan pemain sandiwara (seperti
yang terjadi pada ikon perjuangan jugun ianfu asal Indonesia, Ibu Mardiyem).
Para mantan jugun ianfu masih merasakan trauma psikologis dan gangguan fungsi
fisik akibat pengalaman pahit yang pernah mereka alami. Belum lagi masyarakat
yang tidak memperoleh informasi dengan benar, justru menganggap mereka sebagai
wanita penghibur (tanpa paksaan).
6.
PERLAWANAN
RAKYAT INDONESIA TERHADAP JEPANG (PERLAWANAN ACEH, PERLAWANAN SINGAPARNA,
PERLAWANAN INDRAMAYU, PERLAWANAN KALIMANTAN, PERLAWANAN IRIAN, PERLAWANAN PETA
DI BLITAR)
Pada
awal kedatangannya, Jepang telah berhasil melakukan propaganda untuk menarik
simpati bangsa Indonesia. Apakah kenyataannya seperti itu? Selain
mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, Jepang juga melakukan eksploitasi
sumber daya manusia. Semua itu demi kepentingan
Jepang
dalam Perang Pasifik. Segala bentuk penindasan dan eksploitasi Jepang telah
memunculkan reaksi perlawanan dari bangsa Indonesia. Perjuangan melalui
organisasi yang dibentuk Jepang (legal) dan gerakan bawah tanah (ilegal).
Meskipun cara yang dilakukan berbeda, cita-cita perjuangan mereka adalah sama,
yaitu kemerdekaan Indonesia. Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan
damai yang ditempuh untuk menghindari korban jiwa dari rakyat. Namun, ada juga
beberapa tokoh yang bersemboyan ”Cinta kedamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan”.
Mereka menganggap perlawanan bersenjata akan lebih cepat mewujudkan
kemerdekaan. Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah tersebut antara lain sebagai
berikut:
1) Perlawanan
di Aceh
Perlawanan
rakyat Aceh terjadi karena penderitaan yang dialami akibat kesewenangan Jepang.
Rakyat Aceh banyak dikerahkan untuk romusha. Mereka diharuskan membangun parit,
lapangan terbang, jalan, dan lain-lain. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh
Tengku Abdul Jalil. Penyerangan terpenting adalah penyerangan di Cot Plieng yang
terjadi pada tanggal 10 November 1942. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat
Aceh berhasil memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang
berhasil merebut Cot Plieng. Kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku
Abdul Jalil gugur di tempat saat sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan
Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan T. Hamid.
2) Perlawanan
di Singaparna (Tasikmalaya)
Pada bulan Februari 1944 di Singaparna terjadi
perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa.
Sebab perlawanan adalah adanya perintah upacara Seikerei (penghormatan kepada
kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah matahari terbit) dan penderitaan
akibat kesewenangan Jepang. Kiai Zainal Mustofa akhirnya ditangkap pada tanggal
25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 beliau dihukum mati.
3) Perlawanan
di Indramayu
Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di
Indramayu juga muncul pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut
terjadi di Desa Kaplongan. Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa
bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa
Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan
di Blitar (Pemberontakan PETA)
Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi
pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah
pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada
masa pendudukan Jepang. Pada saat itu Jepang sedang terdesak dalam Perang
Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melakukan tipu muslihat.
Mereka menyerukan agar pemberontak menyerah karena akan dijamin keselamatannya.
Namun, ternyata para anggota PETA tetap mendapat hukuman. Organisasi PETA ini
selanjutnya dibubarkan.
5) Perlawanan
di Kalimantan
Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1905 (menurut
sumber Belanda 1859-1863). Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak
Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut
campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah. Pada tahun
1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi
raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra
almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang
selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan
pamannya Arung Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari)
akhirnya tertangkap dan dibuang ke Srilangka.
6) Perlawanan
di Irian
Pada tahun 1943. Perlawanan ini dipimpin oleh L.
Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri yang berpusat di Biak. Perlawanan ini
dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak
belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh
korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau
Biak.
7.
DAMPAK
PENDUDUKAN JEPANG DI BIDANG POLITIK, SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, PENDIDIKAN, DAN
BIROKRASI MILITER.
a. Bidang
politik
Sejak awal pemerintahannya, Jepang
melarang bangsa Indonesia berserikat dan berkumpul. Oleh karena itu, Jepang
membubarkan organisasi-organisasi pergerakan nasional yang dibentuk pada mas
Hindia Belanda, kecuali MIAN. MIAI kemudian dibubarkan dan digantikan dengan
Masyumi. Para tokoh pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang mengambil
sikap kooperatif. Dengan sikap ini, meraka banyak yang duduk dalam badan-badan
yang dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo
Sangi In. Selain itu, para tokoh pergerakan nasional juga memanfaatkan
kesatuan-kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh Jepang, seperti Jawa Hokokai,
Heiho, Peta, dan sebagainya.
Kebijaksanaan pemerintah Jepang tersebut
bertujuan untuk menarik simpati dan
mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang melawan sekutu,
namun kenyataannya dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan nasional, sehingga
banyak memberikan keuntungan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Dengan demikian,
pemerintah jepang berhasil melakukan pengekangan terhadap berbagi kegiatan
pergerakan nasional, namun tidak berhasil mengekang berkembangnya kesadaran
nasional bangsa Indonesia menuju Indonesia merdeka.
b. Bidang
ekonomi
Jepang berusaha untuk mendapatkan dan
menguasai sumber-sumber bahan mentah untuk industri perang. Jepang membagi
rencananya dalam dua tahap. Tahap penguasaan, yakni menguasai seluruh kekayaan
alam termasuk kekayaan milik pemerintah Hindia Belanda.
Tahap penyusunan kembali struktur
ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang. Sesuai denga tahap ini
maka pola ekonomi perang dirancanakan bahwa setiap wilayah harus melaksanakan
autarki. Autarki, artinya setiap wilayah harus mencukupi kebutuhan sendiri dan
juga harus dapat menunjang kebutuhan perang. Romusa mempunyai persamaan dengan
kerja rodi atau kerja paksa pada zaman Hindia Belanda, yakni kerja tanpa mendapatkan
upah.
c. Bidang
Birokrasi
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan
Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak, maka Jepang memberi kesempatan
kepada bangsa Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam pememerintahan
negara. Untuk itu pada tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk Badan
Pertimbangan Karesidenan (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang menduduki
jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein
Jayadiningrat sebagai Kepada Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada
tanggal 10 November 1943 Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio
masing-masing diangkat menjadi Kepala Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan
Banjarnegara.
d. Bidang
Militer
Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai
berubah, Ekspansi tentara Jepang berhasil dihentikan Sekutu dan Jepang beralih
dikap bertahan. Kerana sudah kehabisan tenaga manusia, Jepang menyadari bahwa
mereka memerlukan dukungan dari penduduk masing-masing daerah yang diduduki,
Pemerintah militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemudi Indonesia
guna membantu perang melawan sekutu. Jepang lalu membentuk kesatuan-kesatuan
pertahanan sebagai tempat penggembleng pemuda-pemudi Indonesia di bidang
kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi
menjadi pemuda-pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam
perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia di kemudian hari, pelatih militer ini akan sangat berguna.
e. Bidang
Kebudayaan
Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan
kebudayaan diperhatikan dan bahasa Indonesia mulai di pergunakan. Bahasa
Indonesia dijadikan sebagai pelajaran
utama, sedangkan bahasa Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan
semakin meluasnya penggunaan bahasa Indonesia, komunikasi antarsuku di
Indonesia semakin intensif yang pada akhirnya semakin merekatkan keinginan
untuk merdeka. Pada tanggal 1 April 1943 dibangun pusat kebudayaan di Jakarta,
yang bernama "Keimin Bunka Shidoso".
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beberapa negara pernah
menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad, Namun ada juga yang hanya
menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah penjajah kadang juga berjasa dalam
pembangunan beberapa fasilitas umum seperti jalan, jembatan, perkebunan, rel
kereta api, saluran irigrasi, dan beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan
tetap saja harus dihentikan karena menimbulkan penderitaan bagi negara yang
dijajah, namun di lain pihak negara yang menjajah akan semakin makmur.
B.
Saran
Dalam
makalah ini, saya berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat memahami
peristiwa sejarah mengenai Pendudukan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita
tetap menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rembah dan
yang lainya, yang mana dahulu bangsa
Jepang memonopilinya.
Demikian
makalah yang dapat saya buat, semoga bermanfaat dan dapat mendapatkan nilai
yang memuaskan. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, tanda koma, titik,
spasi, dll. Sekian Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dosenpendidikan.net/2015/12/Arti-dan-Pengertian-Romusha-Serta-Kerja-Paksa-Pada-Zaman-Jepang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar